Untung Besar Saat Covid-19, Tupperware Kini Terancam Bangkrut

CHICAGO, ILLINOIS - APRIL 10: Tupperware products are offered for sale at a retail store on April 10, 2023 in Chicago, Illinois. Tupperware stock closed down nearly 50 percent today after the company warned that it may go out of business.   Scott Olson/Getty Images/AFP (Photo by SCOTT OLSON / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)

 Perusahaan produk penyimpanan makanan asal Amerika Serikat (AS) Tupperware Brands Corp. sedang di ambang kebangkrutan. Perusahaan yang produknya populer di kalangan ibu-ibu tersebut mengaku tengah mengalami masalah likuiditas serius alias cash crunch.

Ini bermula pada Jumat (7/4) pekan lalu ketika perusahaan yang berdiri sejak 77 tahun silam tersebut mengumumkan perusahaan sedang terkena masalah going concern (kelangsungan usaha) dan telah menyewa penasihat keuangan untuk menangani krisis kas saat ini.

Tupperware menjelaskan, kenaikan biaya pinjaman dan angka pendapatan yang volatil akhir-akhir ini mengindikasikan perusahaan “mungkin tidak memiliki likuiditas yang memadai dalam waktu dekat”.

“Oleh karena itu, perusahaan telah menyimpulkan bahwa ada keraguan substansial tentang kemampuan untuk melanjutkan kelangsungan usahanya,” jelas manajemen Tupperware kepada para pemegang saham AS.

Hal tersebut sontak membuat harga saham Tupperware (TUP) yang tercatat di Bursa Saham New York (NYSE) anjlok hampir 50% selama sepekan. Per Kamis (13/4), harga saham Tupperware berada di US$1,56/saham.

Sejatinya harga saham memang sedang dalam tren menurun (downtrend) usai sempat menembus harga tertinggi di US$96/saham pada 23 Desember 2013.
Kapitalisasi pasar (market cap) Tupperware pun saat ini hanya US$58,71 juta, jauh di bawah total utang perusahaan yang lebih dari US$700 juta.

Tupperware saat ini memang sedang bersusah payah di tengah pengeluaran konsumen yang rendah dan menekan angka penjualan perusahaan.
Pendapatan perusahaan terlihat menyusut dibandingkan sedekade silam.

Pada periode 12 bulan 2022 pendapatan Tupperware sebesar US$1,30 miliar, separuh di bawah pendapatan pada akhir 2013 yang mencapai US$3,67 miliar.
Sebenarnya, masa pandemi Covid-19 sempat membawa berkah bagi perusahaan.

Laba kuartal III 2020 hampir naik 4 kali lipat seiring adanya lockdown yang membuat orang banyak menghabiskan waktu di rumah.

Namun, usai mobilitas orang kembali pulih, di era pasca-pandemi, Tupperware malah dihadapkan pada masalah kas.

Pada 3 bulan terakhir (kuartal IV) 2020, penjualan Tupperware mencapai hampir US$500 juta dolar. Angka tersebut anjlok menjadi hanya US$300 juta dolar pada periode yang sama 2022.

Sementara, apabila melihat dalam rentang 5 tahun terakhir, periode 2018-2022, pendapatan perusahaan memang melandai. Demikian pula laba perusahaan juga volatil dengan kecenderungan merosot.

Sebut saja pada 2018, angka penjualan bersih Tupperware mencapai US$2,07 miliar. Namun, pada 2022 hanya US$1,3 miliar. Laba perusahaan juga sempat menembus US$155,9 juta selama 2018. Pada 2022, perusahaan malah membukukan rugi bersih US$14,2 juta.

Masalah yang lebih parah, seiring adanya kesalahan penyajian laba perusahaan, yang akhirnya membuat perusahaan telat melaporkan laporan tahunan ke otoritas, bisa membuat kreditur mengumumkan Tupperware melanggar perjanjian utang.

Selain itu, lantaran laporan yang telat tersebut, Tupperware sedang dalam potensi didelisting (keluar dari pencatatan) di bursa NYSE. Pihak bursa sendiri mewajibkan Tupperware melaporkan laporan keuangan (10-k filing) paling lambat 6 bulan ke depan.

Perusahaan tersebut sejatinya sempat mengalami kejayaan dan tumbuh pesat sepanjang abad 20, usai diciptakan oleh Earl Tupper di Massachusetts, AS.

Brand tersebut terkenal dengan Tupperware Parties, yang pertama kali dilakukan pada 1948, yang mengajak perempuan (atau kalau di Indonesia, ibu-ibu) mengadakan pesta dan menjual produk Tupperware ke teman atau tetangga sekitar rumah mereka.

Namun, seiring peralihan zaman, model ala Tupperware saat ini telah banyak ditiru oleh merek pesaing dan wadah makanan versi supermarket, yang seringkali dijual dengan harga lebih murah.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*