Ini Untung Besar Penggabungan IndiHome ke Telkomsel

Telkom

  • Telkomsel dan IndiHome bersinergi akan menghasilkan keuntungan bagi Telkom Group yakni perluasan pasar dan efisiensi
  • perjanjian pemisahan bersyarat Telkomsel dan IndiHome valuasinya mencapai Rp58,3 T
  •  Telkom akan fokus garap pasar B2B seperti data center yang memiliki potensi besar di Indonesia

– Telkomsel dan IndiHome akan segera bergabung. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk telah menandatangani Perjanjian Pemisahan Bersyarat (CSA) untuk mengintegrasikan keduanya.

CSA penggabungan Telkomsel dan IndiHome ditandatangani pada, Kamis (6/4/2023), didukung sepenuhnya oleh dua pemegang saham Telkomsel yaitu Telkom dan Singtel.

Isi CSA adalah pengintegrasian IndiHome, yang divaluasi senilai Rp 58,3 triliun ke dalam Telkomsel.

Kemudian, Telkomsel akan menerbitkan saham baru bagi Telkom. Bersamaan dengan integrasi ini, Singtel sepakat untuk menggunakan haknya mengambil 0,5% saham baru di Telkomsel senilai Rp 2,7 triliun.

Penggabungan antara Telkomsel dan IndiHome ditengarai akan memberikan manfaat bagi jalannya bisnis Telkom baik dari sisi pendapatan maupun modal.

Dampak penggabungan bisa terjadi cross selling antara pengguna Telkomsel dan IndiHome. Ini adalah buah dari bisnis konvergensi antara layanan jaringan bergerak dan layanan jaringan tetap (fixed mobile convergence /FMC).

Setelah integrasi para pelanggan telkom bisa ditawarkan produk layanan dari IndiHome. Sebaliknya bagi pelanggan IndiHome juga bisa ditawarkan produk telkomsel.

Cross selling juga akan memperlebar pelanggan IndiHome lebih luas, mengingat pasar broadband Indonesia yang besar.

VP Investor Relation Telkom Edwin Sebayang mengatakan potensi pertumbuhan layanan internet rumah atau home broadband masih sangat luas.

Dia mengatakan ada sekitar 65 juta rumah tangga Indonesia, di mana sebanyak 20-30 juta merupakan pasar potensial yang bisa menjadi target pasar bagi Telkomsel dan IndiHome.

Berdasarkan laporan keuangan Telkom, pada 2022 IndiHome memiliki 9,2 juta pelanggan. Ini berarti masih ada potensi bertumbuh sebanyak dua kali lipat dengan bisnis konvergensi tersebut.

Belum lagi potensi pasar dari pelanggan Telkomsel yang mencapai 156,8 juta yang bisa dikonversi menjadi pelanggan IndiHome juga.

Edwin memprakirakan ada 30 juta pelanggan Telkomsel yang merupakan pelanggan premium yang memiliki potensi beralih ke layanan FMC.

Tentu saja hal ini akan berdampak kepada pemasukan Telkom Group. Mengingat IndiHome adalah sumber pendapatan terbesar kedua setelah Telkomsel.

Pada 2022, IndiHome “menyumbang” pendapatan sebesar Rp28 triliun kepada Telkom atau setara dengan 19% dari total keseluruhan pendapatan perusahaan.

Terbesar adalah Telkomsel dengan kontribusi pendapatan sebesar 55,7% yakni Rp82 triliun pada 2022. Sehingga total kontribusi pendapatan Telkomsel dan IndiHome sebesar 74,5%.

FMC juga akan membuat bisnis semakin efisien soal biaya operasional.

“Karena yang tadinya investasi di bisnis broadband, Indihome, ada juga di Telkomsel. Opex juga akan ada efisiensi karena ada duplikasi di Indihome yang tadinya terpisah dengan Telkomsel itu kita satukan sehingga akan lebih efisien,” ujarnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (6/4).

Contohnya saja dalam hal kerja sama dengan perusahaan over the top (OTT) dan juga dari segi pemasaran.

“Jadi kalau sudah satu entitas, kerjasamanya satu saja namun bisa dipakai di seluler dan di IndiHome. Loyalitas pelanggan juga akan bertambah tidak hanya konektivitas fixed broadband, juga mendapatkan value mobility,” tutur VP Marketing Management Telkom Edie Kurniawan.

McKinsey, konsultan multinasional, memprakirakan efisiensi biaya operasional Telkom bisa mencapai Rp1,9 triliun per tahun atau sekitar 5% dari biaya operasional saat ini Rp38,2 triliun.

McKinsey juga mengatakan ada potensi pendapatan langsung sebesar Rp3,3 triliun dari pemasaran produk FMC Telkom.

Bisnis Telkom Paska IndiHome ke Telkomsel

Sinergi antara Telkomsel dan Indihome akan membuat bisnis Telkom Group semakin efektif. Telkomsel dan IndiHome akan menggarap B2C (business to customer). Sedangkan Telkom akan fokus pada pasar B2B (Business to Business).

Direktur Utama Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah mengatakan masih ada potensi dari segmen enterprise seperti BUMN, swasta, maupun Pemerintah yang masih berkembang untuk menggunakan berbagai platform digital sebagai solusi bagi mereka lebih efisien, efekti dan lebih transparan.

Ririek juga mengatakan bahwa potensi pasar itu sangat besar dan Telkom akan fokus menggarap pasar itu.

Telkom Group juga bisa fokus pada pengembangan data center untuk memenuhi permintaan tumbuh secara signifikan dengan meningkatnya aktivitas di pelaku bisnis digital.

Telkom pada 2022 memiliki 28 fasilitas data center yang terdiri dari 23 domestik dan 5 luar negeri. Bisnis ini pun telah menghasilkan pendapatan sebesar Rp1,6 triliun pada 2022.

Berdasarkan laporan Mordor Intelligence, bisnis data center di Indonesia memiliki potensi hingga US$3,07 miliar atau sama dengan Rp46 triliun (kurs=Rp 15.000/US$)  Angka tersebut meningkat dua kali lipat dari nilai pasar data center Indonesia yakni US$1,53 miliar pada 2020.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*